Lalu bagaimana dengan nama Nusantara yang juga biasa digunakan untuk menyebut gugusan kepulauan di antara dua benua, Asia dan Australia ini?.
Dalam Prasasti Mula Malurung yang dikeluarkan Seminingrat atau yang lebih dikenal dengan Wisnuwardhana, bertarikh 1177 Saka (1255 M), Lempeng IX.a baris 6-7 disebutkan, bahwa kakek Raja Seminingrat, Sri Rajasa Amurwabhumi, yang mendirikan kerajaan, menjadi pelindung bagi seluruh pulau Jawa serta telah menaklukkan pulau lainnya di luar Jawa. (pinakaicchatra ning bhuwana sayadwipamandala anuluyani Nusantara).
Sebutan Nusantara ini juga bisa ditemui dalam Kakawin Nagara Kretagama/Desawarnana, karya pujangga Majapahit, Empu Prapanca, tahun 1365 M.
Pupuh 12, Serat ke 6 menyebutkan; “Lwir ccandraruna tekanaɳ pura ri tikta çri phalanopama, tejangeh nikanaɳ karaɳ sakuwukuww akweh madudwan halp, lwir ttaragraha tekanaɳ nagara çesannekha mukyaɳ daha, mwaɳ NUSANTARA sarwwa mandalita rastra naçrayakweh mark “.
Terjemahan; “Semua rumah memancarkan sinar warnanya gilang-cemerlang. Menandingi bulan dan matahari, indah tanpa umpama. Negara-negara di Nusantara dengan Daha bagai pemuka. Tunduk menengadah, berlindung di bawah kuasa Wilwatikta”.
Pupuh 15, Serat ke 3;
“Kuwus rabdaɳ dwipantara/nusantara sumiwi ri asri narapati, padasthity awwat/pahudama wijil anken/pratimasa, sake kotsahan/saɳ prabhu ri sakhahaywanyan iniwö, bhujanga mwaɳ mantrinutus umahalot/patti satata.
Terjemahan; “Semenjak Dwipantara/Nusantara menadah perintah Sri Baginda. Tiap musim tertentu mempersembahkan pajak upeti. Terdorong keinginan akan menambah kebahagiaan. Pujangga dan pegawai diperintah menarik upeti”.
Kata Nusantara berasal dari bahasa Kawi (Jawa Kuno) yang dipengaruhi bahasa Sanskerta, dari kata nusa artinya pulau dan antara artinya luar/seberang.
Istilah “Nusantara” secara spesifik merujuk kepada Indonesia sekarang (kepulauan Indonesia). (*).