Dua puteri Darmasraya, Dara Petak dan Dara Jingga, itu rencananya akan perjodohkan dengan Prabu Kertanegara. Namun karena ketika itu Kertanegara sudah meninggal, Dara Petak akhirnya diambil isteri oleh Raden Wijaya.
Satu lagi puteri dari Darmasraya yang bernama Dara Jingga kemudian diperjodohkan dengan Adwayabrahma. Tokoh ini merupakan pejabat Singhasari yang turut dalam Ekspedisi Pamalayu tahun 1286.
Rakyan Kuti sebagai salah satu Dharmaputera yang memiliki keahlian dalam kemiliteran, memimpin pemberontakan untuk mengambil alih tahta kekuasaan di Majapahit.
Sementara Gajah Mada yang ketika pemberontakan itu terjadi berkedudukan sebagai Bekel Bhayangkara, berupaya menyelamatkan Jayanegara dari ancaman pembunuhan pasukan pemberontak.
Bersama 14 anggota Bhayangkara, Gajah Mada melarikan Jayanegara ke suatu desa yang di kemudian hari dikenal dengan nama Desa Bedander.
“…Ia pergi pada waktu malam, tak ada orang tahu, hanya orang orang Bayangkara mengiringkannya, semua yang kebetulan mendapat giliran menjaga pada waktu raja pergi itu, banyaknya lima belas orang, pada waktu itu Gajah Mada menjadi Kepala Bayangkara dan kebetulan juga sedang menerima giliran menjaga, itulah sebabnya ia mengiring raja pada waktu raja pergi dengan menyamar itu. Lamalah raja tinggal di Bedander…”(Serat Pararaton bagian VIII)
Setelah menyembunyikan Raja Sri Jayanegara di rumah kepala desa Bedander, Gajah Mada berniat mau kembali ke istana Majapahit.
Namun sebelum kembali ke Majapahit, Gajah Mada masih harus berurusan dengan seorang pejabat yang memohon ijin untuk pulang kerumahnya.
Permohonan pejabat itu ditolak oleh Gajah Mada, karena jumlah orang yang mengiring raja hanya sedikit. Tapi pejabat itu tetap memaksa akan pulang.