Inilah yang akhirnya memaksa Gajah Mada menusuk pejabat itu hingga tewas. Penusukan itu terpaksa dilakukan, karena Gajah Mada tidak ingin tempat persembunyian Jayanegara di Bedander bocor sampai ke istana.
“…jangan jangan ia nanti memberi tahu, bahwa raja bertempat tinggal di rumah kepala desa Bedander, sehingga Ra Kuti dapat mengetahuinya…”.
Sekira lima hari dari kejadian itu, Gajah Mada memohon ijin untuk pergi ke Majapahit. Ia ingin mengetahui kondisi istana setelah dikuasai kaum pemberontak.
Setibanya di Majapahit, Gajah Mada para Amanca Negara menanyakan tentang tempat dan keberadaan raja.
Mendapat pertanyaan seperti itu, Gajah Mada mengatakan, bahwa raja telah diambil oleh teman-teman Kuti.
Mendengar penjelasan Gajah Mada, seketika itu orang-orang pada menangis. Gajah Mada pun lalu meneruskan perkataannya:
“Janganlah menangis, apakah tuan tuan tidak ingin menghamba kepada Ra Kuti,” pancing Gajah Mada, seraya menunggu tanggapan dari orang-orang yang diberi tahu tentang keberadaan raja.
Mendengar ucapan Gajah Mada yang seperti itu, salah satu dari pejabat yang ketika itu berada di istana menjawab “Apa kata tuan itu? Ra Kuti bukan tuan kami,” tegas orang itu menolak menghamba kepada Ra Kuti.
Mendengar pengakuan langsung dari orang-orang yang ketika berada di istana, Gajah Mada lalu meminta dukungan untuk melawan dan mengusir kalau perlu menghabisi Ra Kuti dan gerombolannya.