Taman Gantung Babylon, Bukti Ketulusan Cinta Seorang Kaisar

Selama masa pemerintahannya Kaisar Nebukadnesar II (626-539 SM), membangun tiga istana besar. Masing-masing dari istana itu dihiasi mewah, menggunakan ubin kaca berwarna biru dan kuning. Nebukadnesar juga membangun Taman Gantung, yakni bangunan bertingkat, yang dilengkapi semak tanaman, aneka warna bunga, dan air terjun buatan. Foto bekas istana Kaisar Nebukadnesar

Amytis meninggal setelah melahirkan anaknya yang ke 14. Kaisar Nebukadnezar II menjadi sangat sedih, setelah isteri yang sangat dicintainya meninggal.

Sebagai ungkapan kesetiaan atas cintanya kepada Amytis, Kaisar Nebukadnesar II terus melanjutkan rencananya membuat taman sebagaimana diinginkan mendiang isterinya.

Bacaan Lainnya

Proyek besar yang digagas Nebukadnezar bukanlah tindakan megalomania atau penghormatan terhadap masa lalu, tapi sebagai ungkapan begitu besar dan tulusnya rasa cinta kepada sang permaisuri.

Taman Babylon ini diperkirakan hancur sekitar 2 abad sebelum masehi. Taman ini kemudian didokumentasikan sejarawan Yunani, Strabo dan Diodorus Circulus.

Catatan dua sejarawan Yunani, tentang Taman Gantung yang ada di Mesopotamia, Irak purba, itu merupakan lembaran sejarah tertua karya arsitektur yang dilengkapi taman sebagai wujud cinta kasih terhadap seseorang yang sangat dicintai dan disayangi.

Sementara sejarawan dan penulis Yunani kuno, Herodotus, dalam catatannya menjelaskan, bahwa saat Nebukadnezar II menjadi raja di Kerajaan Neo Babylon atau Babilonia Baru (605-562 SM), mengeluarkan perintah pembuatan taman gantung yang sangat indah.

Taman Gantung itu dibuat sebagai hadiah kepada Amytis, permaisuri Kaisar Nebukadnesar yang sangat disayangi.

Taman Gantung yang dibuat Nebukadnesar II, merupakan wujud arsitektur pertamanan khas Mesopotamia. Taman Gantung, merupakan bangunan bertingkat, yang didalamnya terdapat semak, aneka warna warni bunga, bahkan juga air terjun buatan.

Arsitektur seperti ini sudah dikenal rakyat Mesopotamia sejak masa pemerintahan Raja Hammurabi di Babylon Kuno (1792-1750 SM).

Loading

Pos terkait