Benda kecil tersebut yang biasa digunakan untuk memberikan aba-aba, itu jika ditabuh akan mengeluarkan bunyi nyaring. “Mulai saat ini aku tidak akan lagi memanggil bibi Kinasih sebelum aku ketemu ayahku,!!!,” ucap Joko Mursodo, seraya memukul benda kecil yang biasa disebut BÊNDÉ ALIT itu hingga berbunyi…guuung 🎶…🎶…🎶.
Usai berujar, Joko Mursodo bergegas hendak pergi mencari ayahandanya. Namun sebelum keluar dari rumahnya, Kinasih berlutuk memegang lutut Joko Mursodo, sambil berkata:
“Maaf beribu maaf gusti, hamba tidak bermaksud menghalangi gusti untuk bertemu dengan ayahanda,”
“Hamba memang tidak tahu keberadaan ayahanda gusti,” papar Kinasih kepada Joko Mursodo.
“Lalu kenapa ibunda dan bibi sampai ke tempat ini,” tanya Joko Mursodo kepada Kinasih.
“Waktu itu ayahanda gusti yang bernama Wong Agung Wilis menyuruh ibunda gusti yang lagi hamil tua untuk ngungsi, hamba yang mendampingi. Kami mengungsi karena waktu itu di Blambangan lagi terjadi perang besar,” jawab Kinanti.
“Akhirnya ibunda gusti bersama saya meninggalkan istana Blambangan dan terus berjalan ke arah barat hingga sampai di tempat ini gusti,” tambah Kinasih
Mendengar penjelasan Kinasih, Joko Mursodo yang ketika itu sudah menginjak umur 7 tahun, langsung terdiam. Sejenak kemudian Joko Mursodo sungkem kepada ibundanya, Dewi Sukesih.
Selesai sungkem, Joko Mursodo pamit ke ibundanya untuk mencari keberadaan ayahandanya ke arah timur yang kabarnya lagi dilanda perang.