Penaklukan Malaka oleh Portugis ini mengundang reaksi keras dari kerajaan lain di Nusantara. Reaksi itu muncul karena penaklukan Malaka oleh Portugis, akan berimbas pada penguasaan jalur perdagangan di kawasan itu.
Ketidaksukaan penguasa lokal terhadap kehadiran Portugis di Malaka ditunjukkan dengan penyerangan pada tahun 1513. Bersama Kesultanan Palembang dan armada Melayu, pada tahun itu Kesultanan Demak melakukan serangan pertama di bawah pimpinan Pati Unus.
Armada Kesultanan Demak yang didatangkan dari Kadipaten Jepara sebanyak 100 kapal, terdiri dari berbagai jenis kapal dan 12.000 personil.
Tahun 1521, Pati Unus yang dikenal dengan keberaniannya hingga mendapat sebutan Pangeran Sebrang Lor, kembali melakukan penyerangan untuk membebaskan Malaka dari kekuasaan Portugis.
Saat memimpin armada ekspedisi kedua, Dipati Unus sudah dinobatkan sebagai Sultan Demak. Dalam penyerangan kedua ini terjadi pertempuran hebat di laut maupun darat.
Akibat dari pertempuran sengit yang berlangsung selama 3 hari 3 malam, Pati Unus yang memimpin penyerangan gugur di medan perang.
Serangan kedua yang dilakukan armada Kesultanan Demak inipun ternyata juga tidak berhasil menggulingkan kekuasaan Portugis di Malaka.