Padahal berdasarkan penelitian para ahli, prasasti tersebut merupakan peninggalan yang cukup tua, dan tertua di Jawa Timur, jauh sebelum Majapahit lahir. Bahkan lebih tua dibanding Prasasti Dinoyo peninggalan Kerajaan Kanjuruhan, Malang, yang berasal dari abad 8 Masehi/tahun 760 Masehi.
William Frederick Stutterheim, arkeolog asal Belanda, yang melakukan penelitian terhadap prasasti tersebut pada tahun 1933, berhasil membaca tulisan yang terpahat pada batu tulis itu.
Hasil penelitiannya yang tertuang dalam Catatan Purbakala (Oundheidkondige Aanteekeningen) No XLVI dengan sub judul de Oudste Insceriptie Van Oost Java (Prasasti Tertua dari Jawa Timur), WF Stutterheim menyebutkan, bahwa batu bertulis yang dikenal dengan sebutan Watu Gong tersebut merupakan peninggalan era neolithikum (batu muda).
Sedang tulisan yang terpahat pada batu tulis di Desa Kaliputih, Rambipuji, Jember itu terbaca PA-RVVA-TE-sVA-RA (Dewa/Raja Gunung).
Sukarto K Atmojo, sejarawan Universitas Gajah Mada (UGM), memberi dugaan kuat, prasasti tersebut memberi pemahaman bahwa pada masa lampau Jember merupakan kawasan yang suci atau sakral (Topographia Sacra).