Namun di tengah jalan, mereka dicegat dan dikeroyok anak buah Arya Penangsang, hingga mengakibatkan terbunuhnya Pangeran Kalinyamat.
Sementara Ratu Kalinyamat yang selamat dalam peristiwa itu, sambil membobong jenazah suaminya, Pangeran Kalinyamat, berusaha untuk meneruskan perjalanan pulang.
Lolosnya dari peristiwa pengeroyokan yang dilakukan anak buah Arya Penangsang hingga menyebabkan suaminya terbunuh, menyisakan dendam kesumat Ratu Kalinyamat yang tak berkesudahan.
Inilah yang menjadikan Ratu Kalinyamat melakukan Tapa Telanjang di Gunung Danaraja. Tapa Telanjang (Topo Wudo) yang dilakukan Ratu Kalinyamat sebagai bentuk dendam atas kematian Pangeran Kalinyamat atau Sultan Hadliri, yang dibunuh tanpa kesalahan oleh orang suruhan Arya Penangsang.
“Ora pisan-pisan ingsun jengkar saka tapa ingsun yen durung iso kramas getihe lan kesed jambule Aryo Penangsang”.
Terjemahan bebas; “Tidak akan sekali-kali saya beranjak dari bertapa saya, sebelum bisa keramas darah dan berkesed rambut Aryo Penangsang”.(*).