Sumbangsih pasukan TKR/TRI/TNI, dalam mempertahankan kemerdekaan sejak dari Resimen BKr, TKR sampai menjadi Brigade III/Damarwulan sangatlah besar.
Tidak hanya untuk kawasan Karesidenan Besuki saja, di beberapa front pertempuran yang terjadi di sejumlah daerah, pasukan Resimen 40/TRI/Damarwulan III Damarwulan juga ambil peran.
Bahkan pada peristiwa 10 Nopember 1945, Resimen 40/TRI/Damarwulan juga mengirimkan pasukannya di beberapa front, seperti front Mojokerto Selatan, Pandaan, Buduran, Sidoarjo.
Begitu juga pada medan pertempuran Karawang-Bekasi, pasukan dari ujung timur Jawa Timur, ini juga turut ambil bagian.
Setelah Perjanjian Renville yang mengharuskan semua pasukan meninggalkan kantong perjuangannya dan masuk ke wilayah republik, personil Resimen 40/TNI/Damarwulan/ hijrah ke daerah Blitar dan Kediri.
Sepulang dari hijrah, dengan menempuh perjalanan sejauh kurang lebih 500 kilometer pasukan Brigade III/Damarwulan, menunjukkan eksistensinya dengan melakukan Aksi Wingate.
Dalam aksi ini pasukan Brigade III/Damarwulan juga melakukan unjuk kekuatan (Macht Vertoon), untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa TNI masih ada dan selalu siap mempertahankan kemerdekaan.
Aksi ini sangat dibutuhkan, mengingat ketika itu sebagian masyarakat Jember sudah termakan provokasi Belanda, dengan mengatakan bahwa pasukan TNI sudah bubar.
Oleh karena itu, untuk menunjukkan eksistensinya kepada masyarakat, setelah melakukan perjalanan pulang dari hijrah dan sesampai di Desa Karang Bayat, Kecamatan Sumberbaru, komandan Brigade III/Damarwulan, Letkol Moch Sroedji, menjalankan stategi Wehrkreise, yaitu perlawanan dengan sistem pertahanan total.
Strategi pertahanan yang dijalankan pasukan Brigade III/Damarwulan ini juga diikuti dengan Wingate Action, yaitu peperangan dengan menyusup ke belakang garis pertahanan musuh. (*)