Setelah perjalanan yang ditempuh sudah cukup jauh, Dewi Sukesih merasakan perutnya sakit, pertanda bayi yang dikandungnya akan segera lahir.
Benar saja, selang beberapa lama kemudian, Sukesih melahirkan bayi laki-laki yang selanjutnya diberi nama Joko Mursodo.
Joko Mursodo terlahir di hutan belantara, tak jauh dari pantai laut selatan. Seiring bergulirnya waktu bayi mungil laki-laki itupun beranjak remaja.
Saat mulai mengerti, Joko Mursodo mulai menanyakan tentang siapa bapaknya dan dimana keberadaannya.
Pertanyaan itu ada, karena ia bermaksud mau mencari dan ingin bertemu dengan ayahandanya. Kinasih, sebagai pengasuhnya, yang mengetahui junjungannya menanyakan keberadaan ayahandanya, buru-buru mengingatkan, agar Joko Mursodo tidal mencari ayahandanya.
Saran itu disampaikan, karena di daerah Blambangan masih terjadi peperangan yang bisa membahayakan keselamatan Joko Mursodo jika datang ke sana.
Merasa keinginannya bertemu dengan ayahandanya dicegah dan dihalangi, Joko Mursodo seketika ngamuk dan marah. Menganggap Kinasih melarang dirinya untuk bertemu dengan orang tuanya sendiri.
Mendengar itu, Joko Mursodo marah dan seketika berujar (berjanji), tidak akan lagi memanggil abdi Kinasih sebelum ketemu ayahandanya.
Saat melontarkan ucapannya, Joko Mursodo juga memegang benda kecil yang bentuknya seperti alat musik gamelan, Gong.