Rasa kangen dan ingin bermanja-manja kepada perempuan yang telah mengandung 9 bulan dan melahirkannya mulai menggelayut di hati dan dada Joko Mursodo.
Akhirnya tanpa berpikir panjang, seketika itu juga Joko Mursodo memutuskan untuk pergi dari Blambangan guna menemui ibunya yang tinggal di pesisir laut selatan di kawasan hutan Meru Betiri.
Joko Mursodo beranjak dan bergegas pergi karena ingin segera bertemu ibundanya. Dia ingin memeluk dan sungkem di kaki ibunda tercintanya.
Saat pergi dari Blambangan untuk kembali ke kampung halamannya, Joko Mursodo tidak lagi berjalan menyusuri hutan, tapi naik perahu.
Di tengah perjalanan saat hendak kembali ke kampung tempat ibunya tinggal, perahu yang ditumpangi Joko Mursodo dihempas ombak besar.
Mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, perahu yang ditumpangi Joko Mursodo oleng dan kemudian terbalik.
Nasib Joko Mursodo yang berada di atas perahu itu pun tak diketahui. Jasad Joko Mursodo juga tidak diketahui kemana dibawa arus.
Dikisahkan, beberapa tahun kemudian setelah peristiwa tenggelamnya perahu Joko Mursodo, di Pulau Nusa Barong tumbuh sebatang pohon yang dipercaya sebagai perwujudan Joko Mursodo.
Jasad anak muda pemberani yang pulang karena ingin bertemu ibunya, itu dipercaya berubah wujud menjadi pohon.