Tulisan yang dilontarkan para dokter Belanda asli di buletin, itu berisikan seputar celaan terhadap kebijakan pemerintah yang berencana mendirikan Sekolah Dokter kedua (NIAS) di Surabaya.
Sekolah ini rencananya terbuka untuk siapa daja, semua etnis bangsa. Namun kalangan Indo menolak rencana itu, karena mereka menganggap kaum Indo yang hina tidak pantas menjadi dokter.
Sikap dan pandangan diskriminatif seperti inilah yang banyak mendapat perlawanan dari kaum berpendidikan indo dan bumiputera di kala itu, termasuk diantaranya Suwardi Suryaningrat.
Suwardi banyak membuat tulisan yang berisi kritikan terhadap pemerintah Hindia Belanda yang dimuat di surat kabar dan majalah kala itu. Salah satu kritikannya yang dianggap pedas oleh Belanda adalah artikel dengan judul “Als ik een Nederlander was/Seandainya Aku Seorang Belanda”.
Gegara artikel yang dimuat surat kabar ‘De Expres’ edisi 13 Juli 1913, ini Suwardi ditangkap oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dan diasingkan ke negeri Belanda bersama dua temannya, Doewes Dekker dan dr Tjipto Mangoenkoesoemo pada tahun 1913.