Itu terbukti, satu tahun setelah peristiwa meninggalnya Mahmudi, atau tepatnya tahun 1976, panitia penyelenggara menamakan piala gerak jalan Tanggul – Jember (Tajemtra) dengan Mahmudi Cup.
“Jadi setelah peristiwa tahun 1975, kegiatan tajem tahun berikutnya dikenal dengan memperebutkan Mahmudi Cup,” jelas H Saehan, tokoh masyarakat Tanggul.
Dalam perjalanan sejarahnya, kegiatan gerak jalan tradisional di Jember, sempat mengalami perubahan route. Dari yang semula dari Tanggul ke Jember, berubah dari Kencong ke Jember.
Perubahan route gerak jalan tradisional di Jember, ini terjadi pada era kepemimpinan Bupati Supono, tahun 1982.
Hanya saja perubahan route ini tidak sampai berlangsung lama, hanya sekali. Karen setelah itu dikembalikan lagi pada route semula, yakni Tanggul Jember.
Pengembalian route gerak jalan seperti sediakala, selain karena peminatnya mengalami penurun, akibat jaraknya yang dianggap terlalu jauh, jalur yang dilalui peserta gerak jalan dari Kencong ke Jember, tidak seramai jalur Tanggul Jember.
Karena itu pelaksanaan gerak jalan tradisional di Jember, pada tahun 1983 dikembalikan ke route semula, Tanggul – Jember.
Ada perbedaan yang cukup mencolok antara pelaksanaan Tajemtra era tahun 1970-1990- an dengan era sekarang.