Operasi militer yang dilancarkan Belanda, ini sudah dipersiapkan dengan matang. Itu terlihat dari pergerakan pasukan yang akan melancarkan serangan.
Pasukan yang bergerak dari Jakarta dan Bandung bertugas menduduki Jawa Barat (minus Banten). Sedang pasukan yang bergerak dari Surabaya, bertugas menduduki Madura dan Ujung Timur Jawa Timur.
Penyerangan ke Karesidenan Besuki yang menjadi target utama untuk dikuasai, dimulai sejak tanggal 21 Juli 1947 dini hari. Dengan kekuatan penuh, pasukan Belanda mendarat di Pantai Pasir Putih, Panarukan, dan Ketapang, Banyuwangi
Perlawanan tentara Indonesia terhadap mendaratnya pasukan Belanda di Karesidenan Besuki dilakukan pasukan dari batalion di bawah Brigade III Damarwulan pimpinan Letkol Moch Sroedji.
Batalion Achmad Rifai dan Peleton Meriam Moch Siradj, melakukan penghadangan mariner Belanda dan KNIL yang mendarat di Ketapang.
Sedangkan penghadangan terhadap tentara Belanda yang mendarat di Pasir Putih Panarukan, dilakukan oleh pasukan dari Batalion Rasadi.
Merapatnya kapal perang Belanda di pantai Pasir Putih, diketahui dari laporan penjaga pos TNI ALRI yang bertugas di daerah tersebut.
Pasukan Belanda mendarat di Pasir Putih, pada sekira pukul 10.04 pagi. Sebelum mendarat, kapal-kapal Belanda melepaskan tembakan meriam ke markas ALRI yang ada di pantai tersebut.
Karesidenan Besuki masuk dalam target Belanda yang harus dikuasai, karena memiliki banyak perkebunan dan pabrik gula.
Belanda sangat berkepentingan mengusai Karesidenan Besuki, karena di daerah ini terdapat sejumlah pabrik gula, termasuk daun tembakau yang bisa mendatangkan uang untuk menopang keuangan Hindia Belanda maupun Kerajaan Belanda.(*).
Sumber: Buku “Letkol Moch Sroedji, Jember Masa Perang Kemerdekaan”