Basis perjuangannya meliputi beberapa daerah di Jawa Tengah, seperti Purwodadi, Demak, Semarang, Juwana, Kudus, dan Rembang.
Saat membantu Pangeran Diponegoro melawan pasukan Belanda, Nyi Ageng Serang memimpin pasukannya dengan ditandu.
Dalam menjalani peperangan perempuan yang memiliki nama lengkap Raden Ajeng Kustiah Wulaningsih Retno, itu juga menggunakan strategi perang dengan menggunakan lumbu (daun talas hijau)
Daun talas tersebut digunakan untuk mengecoh pasukan Belanda. Dengan daun talas, selain bisa mengelabui lawan, Nyi Ageng Serang bersama pasukan yang dipimpinnya juga bisa menyergap, bahkan membantai tentara VOC (Belanda).
Seiring bertambahnya usia, kondisi kesehatan Nyi Ageng Serang terus mengalami penurunan. Nyi Ageng Serang meninggal di tahun 1828, dalam usia 76 tahun, dan jenazahnya dimakamkan di Dusun Beku, Kulonprogo.
Atas jasanya, tahun 1974 pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Nyi Ageng Serang melalui Keppres No. 084/TK/1974 pada 13 Desember 1974.(*).