Jember.LONTARNEWS.COM. Pemanfaatan lahan yang luas untuk menunjang kenyamanan dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) agaknya sudah menjadi keharusan untuk dilakukan oleh SMPN 1 Balung. Karena dengan cara ini, paling tidak akan tercipta suasana sejuk dan nyaman bagi siswa dalam mengikuti proses KBM di sekolah itu.
Berangkat dari impian ini, SMPN 1 Balung di bawah kepemimpinan, H Chalid, S.Pd, M.Pd, mulai melakukan penataan halaman sekolah yang sampai saat ini pemanfaatan lahannya tidak lebih dari 500 sampai 600 meter saja. “Kami ingin menjadikan SMPN 1 Balung, sekolah adiwiyata, karena lahan yang kita miliki cukup luas, 1,4 hektar, namun pemanfaatannya belum maksimal,” ujar H Chalid, saat ditemui di SMPN 1CL Balung, dalam acara pembinaan Sekolah Adiwiyata, Kamis (17/06/2021).
Chalid mengakui, saat pertama kali masuk sekolah tersebut pada tahun 2012, lahan seluas itu terkesan dibiarkan begitu saja. Terlihat banyak semak belukar dengan tanaman liar yang tumbuh di halaman sekolah.
“Ibaratnya, kita ini bangga dengan NKRI yang luas, kami juga memiliki lahan yang luas tapi yang dimanfaatkan hanya separuhnya. Kami masuk ke sini 4 rombel. Kalau ngomong lahan yang tidak dimanfaatkan, tidak dihijaukan, lebih dari separuh,” ungkapnya.
Dari kondisi inilah SMPN 1 Balung, di bawah kendali H Chalid, berusaha menjadikan sekolah tersebut menjadi Sekolah Adiwiyata. Caranya, setiap sudut dari halaman di sekolah itu, akan dibuat indah dan hijau dengan tanaman.
“Kami berpikir, kalau dari sisi gedung atau pisik, memang susah untuk mendapatkan bantuan, tapi untuk menata dan menghijaukan halaman, kami lebih mudah mengajak guru-guru maupun siswa. Lebih mudah, menanam pohon, membuat kebun baru dan segala macam yang bernuansa penghijauan,” katanya.
Chalid pun menyatakan tekadnya, apapun akan dilakukan demi teraihnya Sekolah Adiwiyata. “Jangankan hanya di dalam sekolah, di luar halaman sekolah kami juga siap (melakukan penataan),” tegasnya.
Tekad ini disampaikan, karena Chalid menyadari, di depan sekolah yang dipimpinnya, ada sungai yang perlu ditata dan dibuat seindah mungkin. “Misal kami diberi saran, untuk mengelola sungai yang ada di depan sekolah menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak-anak, SMP, SD atau TK, kami siap mengembangkannya,” ucapnya.
Sementara Tim Pembina Sekolah Adiwiyata dari Dinas Lingkungan Hidup, Kabupaten Jember, H. A. Fauzi, S.Sos. M.Si, pada sambutannya pada acara pembinaan Sekolah Adiwiyata, meminta pihak sekolah bersungguh-sungguh dalam upaya meraih impian menjadikan SMPN 1 Balung bernuansa hijau, sejuk dan indah. Namun yang perlu dicatat, Fauzi mengingatkan, jangan sampai keinginan menjadikan SMPN 1 Balung sebagai Sekolah Adiwiyata, hanya sebatas menggapai cita-cita saja.
Mewujudkan Sekolah Adiwiyata menurut Fauzi, tidak boleh berhenti sekalipun cita-cita itu sudah berhasil diraih. Masih ada hal lain yang mesti dilakukan, hingga predikat Sekolah Adiwiyata benar-bebar melekat dan lestari disandang SMPN 1 Balung.
Harus ada tindaklanjut yang berkesinambungan dari pihak SMPN 1 Balung dalam upayanya meraih predikat Sekolah Adiwiyata. Karena jenjang Sekolah Adiwiyata tidak hanya tingkat kabupaten saja, tapi juga propinsi, nasional sampai Adiwiyata Mandiri.
“Jangan sampai setelah predikat sekolah adiwiyata kabupaten berhasil diraih, lalu hanya tinggal sejarah, bahwa tahun sekian ada adiwiyata kabupaten, setelah itu gak ada ceritanya, hanya tinggal kenangan,” pesan Fauzi.
Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kabupaten Jember, Ir Eko Heru Sunarso, dalam kaitan ini menambahkan, bahwa menjadikan suatu lingkungan agar terlihat indah, nyaman dan menyegarkan, butuh kesabaran dan kesungguhan. Terlebih lingkungan yang ditata berisi beragam jenis tanaman.
“Walaupun sudah ditata tapi kalau perawatannya ala kadarnya, bisa-bisa yang awalnya indah, berubah menjadi rimbun dan kotor, karena tanamannya terus tumbuh dan daunnya juga berjatuhan,” terang Heru
Oleh karenanya, harus ada keberlanjutan dari penataan suatu lingkungan yang telah dibuat indah. Pemahaman dan penyadaran soal pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup ini harus ditularkan kepada masyarakat.
“Yang lebih penting lagi, anak didik juga harus diberi pemahaman dan penyadaran soal pelestarian lingkungan ini. Sehingga mereka nantinya akan bercerita kepada orang tuanya, bahwa kata pak atau ibu guru kalau buang sampah tidak boleh sembarangan,” sarannya. (dna).