LONTARNEWS.COM. I. Jember – Meski di era sekarang pelayanan oleh seorang perawat bisa dilakukan secara daring atau online, namun ada satu hal yang tidak bisa ditinggalkan, yaitu sentuhan kemanusiaan. Komunikasi dan sentuhan langsung dengan yang dilayani, punya nilai lebih dibanding layanan melalui daring.
Komunikasi langsung dan sentuhan langsung, tatapan wajah, dan hubungan kemanusiaan menjadi peluang bidan untuk memberikan pelayanan sebaik-baiknya,” terang Bupati Jember, dr. Faida.MMR, saat menjadi pembicara dalam seminar nasional yang digelar Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Jember, di Balai Serbaguna Kaliwates, Jember, Sabtu (23/11/2019).
Meski begitu, para perawat harus tetap siap dalam menghadapi persaingan di era revolusi industri 4.0 seperti sekarang ini. “Perawat harus siap dengan perubahan. Bahkan harus berada di depan dalam perubahan. Perawat juga bisa menciptakan lapangan pekerjaan,” kata Bupati Faida, seraya menjelaskan pada tampilan di layar yang menunjukkan persaingan perawat dalam bentuk layanan secara daring atau online.
Pada seminar bertemakan “Peluang dan Tantangan Perawat di Era Revolusi Insdustri 4.0” yang diikuti lebih dari 3.000 peserta, terdiri dari perawat dan mahasiswa calon perawat, serta perwakilan PPNI dari berbagai kabupaten di Jawa Timur.itu, bupati juga memaparkan kondisi perawat di Kabupaten Jember. Mulai dari karir, pendidikan, maupun persebarannya di Kabupaten Jember.
Dalam kesempatan itu, bupati juga menyinggung keinginan para perawat untuk bisa bekerja di pusat kesehatan seperti Puskesmas dan rumah sakit. Keinginan para perawat itu, menurut bupati, sampai mengarah pada persaingan di kalangan perawat itu sendiri.
Padahal, menurut bupati, ada persaingan lainnya yang harus disadari oleh bidan pada zaman sekarang. Persaingan itu yakni berupa layanan secara daring atau online.
Meski demikian, bupati mengingatkan bahwa ada yang tidak bisa digantikan secara daring, yakni sentuhan kemanusiaan. Pelayanan dengan sentuhan kemanusiaan ini tidak bisa digantikan dengan teknologi informasi. “Ini jangan dihilangkan,” pinta bupati.
Disampaikan, ke depan akan dilakukan pemetakan persebaran perawat dan penataan, satu desa satu perawat. Program satu perawat ini juga untuk pusat kesehatan pesantren (Puskestren).
Dalam kesempatan itu, bupati juga mengungkapkan adanya ratusan perawat yang telah lolos mengikuti program Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Hanya saja, juknis untuk PPPK ini belum turun dari pusat. “Tapi kita sudah menyiapkan penganggaran untuk gaji mereka yang akan di-SK-kan tahun 2020,” tambahnya. (*).