Untuk melintasi samudera, bangsa ini menciptakan layar lug yang seimbang (atau biasa disebut layar tanja).
Layar jung yang biasa digunakan kapal Tiongkok diduga merupakan hasil pengembangan layar tanja.
Djong, kadang juga disebut jong, jung atau junk, adalah jenis kapal layar kuno yang berasal dari Jawa. Kapal ini biasa digunakan pelaut Jawa dan Sunda, dan pelaut Melayu pada abad setelahnya.
Djong biasa digunakan utamanya untuk kapal penumpang dan kargo. Perahu jenis ini pada jaman dulu, bisa mencapai Samudra Atlantik.
Puncak kejayaan perkapalan Nusantara terjadi pada abad 8, ketika orang-orang Jawa berhasil membuat kapal terbesar dalam sejarah perkapalan dunia.
Daya muat kapal ketika itu rata-rata 40 sampai 2000 ton mati. Pada perkemgbangan selanjutnya, kapal besar yang dibuat orang-orang Jawa tidak hanya digunakan untuk kargo dan penumpang.
Kerajaan-kerajaan di Jawa, seperti Majapahit, Kesultanan Demak, dan Kesultanan Kalinyamat, menggunakan perahu jenis ini, selain untuk berdagang, juga sebagai kapal perang.
Penggunaan kapal Jung Jawa oleh angkatan laut Kerajaan Majapahit pada abad 14, semakin dikenal pelaut dunia. Bobot mati kapal yang digunakan pada jaman Majapahit rata-rata 1200 sampai 1400 ton.
Pada masa itu, penggunan kapal untuk kendaraan angkut pasukan dilakukan secara besar-besaran.