Meski Sudah Bertaraf Internasional, JFC Tidak Boleh Meninggalkan Norma dan Nilai yang Dianut Masyarakat

Bupati Jember, dr. Faida. MMR, saat memberi keterangan pers terkait polemik penyelenggaraan Grand Carnival JFC, di Pendopo Wahya Wibawagraha, Selasa (6/8/2019).
Bupati Jember, dr. Faida. MMR, saat memberi keterangan pers terkait polemik penyelenggaraan Grand Carnival JFC, di Pendopo Wahya Wibawagraha, Selasa (6/8/2019).

LONTARNEWS.COM. I. Jember – Munculnya polemik menyusul pagelaran Grand Carnival Jember Fashion Carnival (JFC), pada hari Minggu (4/8/2019) lalu, Bupati Jember, dr. Faida. MMR, menyatakan, akan mengaturnya dalam regulasi sebagai tanggung jawab pemerintah. Bupati menilai, ada kekurangan regulasi yang mengatur penyelenggaraan kegiatan di Kabupaten Jember agar tidak menabrak norma aturan yang dianut oleh masyarakat.

Regulasi dimaksud, bisa dalam bentuk peraturan bupati. “Bisa jadi berupa Perbup,” jelas Bupati Faida, kepada wartawan usai pertemuan bersama, Bupati, Wakil Bupati, Forkopimda serta tokoh agama dan masyarakat, di ruang Tamyaloka, Pendopo Wahya Wibawagraha, Selasa (6/8/2019).

Mengenai keberadaan JFC meskipun sudah bertaraf internasional, tapi karena kegiatannya diselenggarakan di Kabupaten Jember, harus sepakat, norma dan nilai yang dianut masyoritas masyarakat tidak boleh ditinggalkan. “JFC sebagai karnaval fashion bertaraf internasional tetap harus mengikutsertakan nilai-nilai kearifan lokal,” serunya.

Oleh karenanya perlu adanya evaluasi dalam setiap even. “Memang ada hal yang harus diperbaiki, ada kelalaian terhadap inisiatif-inisiatif bersimpati atas meninggalnya Dynand Fariz. Ini di luar dugaan dari yang sudah dipersiapkan, dan manajemen JFC tadi sudah meminta maaf. Saya dan Kiai Muqiet selaku Bupati-Wakil Bupati juga meminta maaf,” ucapnya.

Permintaan maaf itu disampaikan, karena walaupun kegiatan ini ada manajemennya dan pemerintah daerah tidak termasuk dalam detail kontennya, namun pemerintah daerah juga ikut bertanggung jawab. “Walau event ini ada manajemennya, namun karena terselenggara di Jember, yang paling bertanggung jawab adalah saya selaku bupati. Oleh sebab itu saya meminta maaf,” ucap Bupati Faida.

Di lain sisi, bupati juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang menjaga kelangsungan karya yang telah dirintis almarhum Dynand Fariz. Bagi bupati, sesuatu yang baik tetaplah baik, sesuatu yang salah ya tetap salah dan harus diperbaiki.

Sebab itu perlu adanya evaluasi kegiatan. Evaluasi tidak hanya berlaku untuk JFC. Kegiatan yang penyelenggaraannya melibatkan massa dalam jumlah besar juga perlu dievaluasi.

“Maka kita akan selenggarakan istighotsah bersama untuk hal ini, sekaligus dalam rangka memaknai kemerdekaan Indonesia di bulan kemerdekaan ini,” tuturnya.(*).