Mengenang Letkol Moch Sroedji, Komandan Brigade III Damarwoelan yang Gugur di Karang Kedawung

LONTARNEWS.COM. Tanggal 8 Pebruari 1949, adalah saat dimana Letkol Moch Sroedji, Komandan Brigade III Damarwoelan gugur setelah ditembak tentara Belanda.

Letkol Inf. Mochammad Sroedji gugur setelah tubuhnya diberondong peluru tentara Belanda di Desa Karang Kedawung, Kecamatan Mumbulsari, Jember.

Bacaan Lainnya

Moch Sroedji meninggal pada usia 34 tahun saat melaksanakan Macht Vertoon dalam gerakan Wingate Action, sepulang dari hijrah di wilayah Republik Indonesia di Kediri dan Blitar.

Sroedji gugur bersama dengan Perwira Kesehatan yang merangkap sebagai Residen Militer Besuki, Letkol dr. Soebandi, pada sekitar pukul 08.00, tanggal 8 Pebruari 1949.

Letkol Moch Sroedji merupakan tentara yang berjuang di daerah Karesidenan Besuki bersama pasukan yang dipimpinnya dalam kesatuan Brigade III Damarwoelan yang berkedudukan di Jember.

Moch. Sroedji memulai karier militernya di Jember pada akhir tahun 1943. Semula menjabat sebagai komandan kompi alias Chuudanchoo (Chuu: menengah, Danchoo: pimpinan/perwira) di PETA (Pembela Tanah Air) Besuki.

Jabatan sebagai komandan kompi disandang setelah Moch Sroedji mengikuti Pendidikan Perwira Tentara PETA angkatan I di Bogor.

Lulus dari PETA, Sroedji ditugaskan di Karesidenan Besuki sebagai komandan kompi pada Batalyon 1 Alap Alap, di bawah Daidancho Soewito Soediro yang berkedudukan di Kencong, Jember.

Moch. Sroedji juga berperan aktif dalam memelopori terbentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) untuk wilayah Karesidenan Besuki.

Pos terkait